Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 04 Mei 2011

Dampak Inflasi : Mengapa Yang Miskin Harus Membayar Lebih Mahal...?.




Oleh Muhaimin Iqbal   

Pada bulan Maret lalu di sebuah negara bagian di Amerika Serikat, Federal Reserve President dari negara bagian tersebut berusaha ‘menghibur’ rakyatnya dalam sebuah pidato , “bahwa masyarakat tidak perlu mencemaskan inflasi, toh masyarakat kini bisa membeli Ipad 2 dengan harga yang sama dengan Ipad 1 padahal Ipad 2 ini kemampuannya dua kali lipat dari Ipad 1. Masyarakat harus melihat harga-harga dari keseluruhan barang”. Serentak masyarakat yang hadir dan mendengar pidato tersebut berteriak “ tetapi kami kan tidak makan Ipad ?”. Begitulah inflasi ini selalu dikomunikasikan oleh otoritas suatu negara, bahwa seolah tidak ada hal yang buruk tentang inflasi ini.


Kemarin ketika melihat berita di televisi, bahwa berdasarkan pemantauan BPS di 66 kota di Indonesia terjadi negatif inflasi ( deflasi) – 0.31 % sepanjang bulan April 2011, saya bersyukur – Alhamdulillah bahwa harga-harga akhirnya bisa direm laju kenaikannya. Maka saya-pun tertarik pingin tahu detilnya, dimana harga barang-barang yang turun tersebut dan bagaimana big picture inflasi ini setahun terakhir, berikut adalah summary dari data inflasi paling mutakhir yang di release oleh BPS.
 
BPSSumber : BPS

Betul, telah terjadi penurunan harga bahan makanan 1.90 persen  untuk bulan April 2011 dan secara kumulatif turun 2.02 persen untuk tahun kalender 2011 (4 bulan) . Namun secara keseluruhan inflasi bahan makanan setahun terakhir (12 bulan) masih berada pada angka 11.08 % - jauh lebih tinggi dari inflasi umum yang ‘hanya’ 6.16%.

Di sinilah menyakitkannya inflasi itu, sama dengan kasus di Amerika tersebut di atas – karena system keuangannya juga sama – bahwa inflasi lebih banyak memukul masyarakat bawah ketimbang masyarakat yang diatas.

Bila Anda mampu membeli handphone, mampu bepergian naik pesawat terbang, mampu membeli produk-produk financial seperti asuransi dlsb – maka Anda tidak akan terlalu merasakan beratnya kenaikan harga kebutuhan sekunder atau bahkan tersier ini – karena tingkat inflasinya setahun terakhir hanya 2.93 %. Tetapi bagi masyarakat yang penghasilannya hanya cukup untuk makan atau memenuhi kebutuhan primer-nya, inflasi yang menghantam mereka mencapai 11.08 %.

Katimpangan semacam ini bukan hanya terjadi tahun ini, rata-rata inflasi lima tahun terkahir (2006-2010) untuk bahan pangan adalah 12 % sementara inflasi umum hanya 6.8%, jadi secara persistent beban hidup masyarakat bawah terus semakin berat sementara masyarakat yang mampu tidak mengalami peningkatan beban yang seberat mereka.

Bila ketidak adilan ekonomi dimana rakyat kecil menjadi korban inflasi yang lebih berat dari masyarakat yang mampu ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun, dan nampaknya belum ada upaya konkrit untuk membalik arah, lantas apakah semua kita akan diam dan tidak berbuat sesuatu ?. Tentu maksud saya bukannya demo atau membuat revolusi yang malah bisa meningkatkan inflasi, tetapi maksud saya berbuat sesuatu yang riil dan konkrit di masyarakat yang bisa meredam inflasi atau setidaknya menggeser penekanan inflasi,  dari yang berat mengenai kebutuhan primer bahan pangan – pindah ke berat mengenai kebutuhan sekunder atau tersier – kalau toh inflasi masih harus tetap ada !.

Mudahkan ini untuk dilakukan ?, tentu tidak mudah tetapi tidak mustahil – kurang lebih berada di baina mumkin wal mustahil – begitulah. Seberapapun berat upaya ini kudu mulai dilakukan karena kalau tidak maka rakyat akan semakin menderita, dan tidak terbayang penderitaan ini dalam time frame 10 – 20 tahun kedepan !.

Konkritnya seperti apa ?, karena yang mejadi masalah adalah kenaikan harga bahan makanan yang jauh melampaui kebutuhan lainnya, sedangkan kita semua tahu bahwa harga ini terkait supply dan demand – tidak mungkin mengerem demand karena ini kebutuhan pokok – maka tinggal satu yang harus digarap besar-besaran yaitu sisi supply-nya.

Bagian terbesar dari sumber daya yang ada di negeri ini baik lahan, investasi/dana, pemikiran dan tenaga (SDM) harus di fokuskan untuk mengatasi kebutuhan bahan makanan. Ini harus dilakukan paling tidak tujuh tahun (karena ada tuntunan Qur’aninya) – sampai supply mencukupi dan inflasi bahan makanan dapat diredam.

Selain mendandani sisi supply, juga harus ada upaya mendandani pasar agar tidak terjadi monopoly, penimbunan, kartel, permainan tengkulak dlsb. yang semua aturan jelasnya sudah ada di pengaturan pasar menurut syariah Islam.

Maka disinilah sekali lagi bukti kebenaran Islam itu, ketika masyarakat di Amerika dalam contoh tersebut di atas maupun di Indonesia ini tidak ketemu solusi untuk mengatasi problema mendasar dalam pemenuhan kebutuhan primernya – yaitu inflasi bahan kebutuhan pokok yang terus mencekik leher, solusinya-pun dalam paket yang komprehensif menyeluruh adanya di syariah Islam. Tiga points saja dari sekian banyak aturan syariah diterapkan, insyaAllah inflasi itu  akan menghilang dengan sendirinya.

Tiga points ini masing-masing pernah saya tulis di situs ini yaitu ;



Karena inflasi adalah nyata dan korban inflasi juga nyata, maka upaya untuk menghilangkan inflasi dan penyebab-penyebabnya juga harus nyata. Tidak cukup hanya ditulis atau diwacanakan, tidak cukup dengan dibuat seminar, workshop dan dibuat perundangannya, tetapi harus dengan karya nyata – setiap diri kita insyaallah bisa berkontribusi untuk amal nyata mencegah kelaparan ini. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal