Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Sabtu, 29 Januari 2011

Emas Cukup Untuk Seluruh Umat Manusia, Tetapi…

Oleh Muhaimin Iqbal   

Gold Use
Diciptakannya emas dan perak oleh Allah menurut Imam Ghazali adalah agar emas dan perak ini digunakan sebagai hakim atau timbangan yang adil untuk menilai barang-barang dalam bermuamalah. Hal ini sejalan dengan banyaknya ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk menegakkan timbangan atau neraca yang berarti juga menegakkan keadilan.

Rabu, 26 Januari 2011

Delapan Hal Yang Harus Diketahui Tentang Emas ...

Oleh Muhaimin Iqbal   

Ketika kita bicara tentang Dinar Islam, ini selalu berarti emas. Oleh karenanya segala sesuatu yang terjadi dalam pasar emas, juga berlaku bagi Dinar.


Berikut saya sarikan tulisan dari James Turk pendiri GoldMoney tentang Delapan Hal Yang Harus Diketahui Tentang Emas – saya hanya mangambil idenya sedangkan angka-angka dan aplikasi saya ubah untuk menyesuaikan dengan Rupiah atau data yang lebih update.

Kamis, 20 Januari 2011

Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga Dengan Dinar, Tetapi Jangan Menimbun...!

Oleh Muhaimin Iqbal   

Melihat judul ini mungkin Anda bingung, bagaimana kita menggunakan Dinar dan bahkan juga menyimpannya tetapi tidak menimbunnya ?. Bagaimana caranya ?, apa batasannya ? dlsb.

Mengenai tanggung jawab kita terhadap harta sudah saya tulis di artikel lain yaitu “Harta Kita, Aset atau Liability ( di Akhirat)”. Intinya adalah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, mengantisipasi kebutuhan dharurat dan, meninggalkan keturunan yang kuat.
Bahkan Al-Qur’an mengajarkan bagaimana kita mengantisipasi kebutuhan dharurat tersebut melalui surat Yusuf 47-48 berikut :
“Dia (Yusuf) berkata:’Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit yang kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang sangat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit). kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan”.

Ayat diatas adalah ayat yang menjadi dasar sekaligus menjadi metode (minhaj) bagaimana seorang muslim mempersiapkan diri menghadapi masa sulit. Apa bentuk masa sulit umat jaman sekarang ?. Secara luas masa sulit ini bagi kita yang hidup di zaman ini bisa berupa krisis moneter seperti yang kita alami puncaknya tahun 1997-1998. masa banyak musibah kekeringan, gempa bumi, banjir – semuanya menjadi trigger masa sulit bagi umat. Kemudian secara individu masa sulit ini bisa berarti kehilangan pekerjaan/penghasilan, pensiun, sakit, ditinggal mati kepala keluarga dlsb.

Lantas bagaimana mengatasinya ? Simpan sebagian penghasilan di ‘tangkainya’. Maksud menyimpan gandum ditangkainya adalah agar tidak cepat busuk atau menurun kwalitas dan nilainya, agar tetap bisa menjadi bibit yang bisa ditanam kembali kapan saja.

Harta dan penghasilan umat jaman sekarang mayoritas tentu bukan gandum, melainkan mayoritas berupa uang. Nah bagaimana mempertahankan uang agar tidak mengalami pembusukan nilainya dari waktu-ke waktu ? Jawabannya sederhana – itulah mengapa uang dalam Islam harus sesuati yang memiliki nilai yang riil (nilai intrinsik) seperti emas, perak, gandum, kurma dst. Dari komoditi riil tersebut untuk saat ini tentu emas yang berupa Dinar paling praktis penyimpanannya. Emas batangan juga aman, namun tidak terlalu likwuid dan tidak memiliki fleksibilitas dalam penjumlahan maupun pembagian. Misalnya Anda punya 100 gram emas. Anda hendak butuhkan 10 gram untuk kebutuhan bulan ini – tidak mudah bukan untuk memecahnya ?. Lain halnya dengan Dinar, Anda punya 100 Dinar, hendak di konsumsi 10 Dinar – tinggal dilepas yang 10 Dinar dan dipertahankan yang 90 Dinar.

Menyimpan Dinar hanya perlu secukupnya – setiap kita diilhami untuk bisa mengetahui kecukupan kita masing-masing ( tanya hati kecil kita – pasti kita tahu), kita diberi ilham oleh Allah untuk mengetahui “Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya” (QS 91:8).

Apa risikonya kalau kita menyimpan harta – dalam bentuk apapun baik itu uang kertas, rumah, mobil, saham, maupun emas- secara berlebihan dan tidak menafkahkan di jalan Allah ?. Ancamannya adalah Azab yang pebih bagi penimbun harta. (QS 9:34-35).
Jadi menyimpan harta secukupnya untuk memenuhi kewajiban kita terhadap diri, keluarga dan keturunan adalah sesuatu yang boleh dan ada tuntunannya karena ini bagian dari ketahanan ekonomi umat – dalam AlQuran surat Yusuf tersebut diatas disebut Yukhsinun (Tukhsinun untuk orang kedua).

Sebaliknya menyimpan diluar yang dibutuhkan dan tidak menafkahkan di jalan Allah adalah perilaku menimbun yang amat sangat dilarang – di AlQuran disebut Yaknizun.

Perbedaan antara Yukhsinun dan Yaknizun inilah yang kita harus tahu karena kita diilhami olehNya untuk mampu membedakannya. Wallahu A’lam.

Senin, 17 Januari 2011

Sebagai Instrumen Investasi , Mana Lebih Baik : Emas Lantakan atau Dinar Emas ?

Tepat seminggu sejak saya tampilkan harga emas real-time disamping harga Dinar real-time yang sudah lebih dahulu tampil; ada pro dan kontra dari penampilan ini.
Sebagiamana biasa yang pro tentu lebih banyak dari yang kontra; namun saya coba menjelaskan kepada yang kontra dengan penjelasan tambahan yang panjang lebar ini.

em1Argumen yang kontra adalah dikawatirkan penyajian harga emas real-time ini akan mengalihkan perhatian pembaca dari pengenalan dan penyebar luasan Dinar sebagai alat tukar yang adil; ke arah emas sebagai investasi semata.

Argumen saya untuk tetap menampilkan informasi yang insyaallah selalu up-todate dan akurat ini adalah karena transparansi informasi ini akan selalu baik dalam mendorong muamalah yang adil dengan kesetaraan informasi; kedua adalah pembaca blog ini tentu melihat isi blog ini secara menyeluruh – bukan hanya sajian tentang harga-harga ini.
Begitu banyak tulisan saya antara lain mengenai, harta yang seharusnya berputar , larangan menimbun dlsb. hendaklah juga dipandang menjadi satu kesatuan dari pesan yang ingin saya sampaikan.
Betul bahwa pengenalan Dinar sebagai alat muamalah/timbangan yang adil harus lebih diutamakan dari sekedar instrumen investasi dan alat untuk mengamankan hasil jerih payah kita dari kehancuran nilai. Meskipun demikian juga tidak salah apabila pembaca menggunakan blog ini – khususnya pada tampilan pergerakan harga - untuk rujukan investasi Emas dan Dinarnya.

em2Dalam kaitan dengan yang terakhir inilah (investasi) saya juga ingin mengingatkan pembaca untuk selalu ingat hak orang lain dalam harta kita – minimal dalam bentuk membayar zakat.

Kalau kita disiplin membayar zakat; otomatis dorongan untuk menimbun emas akan berkurang karena emas yang hanya ditimbun akan berkurang dari waktu ke waktu dipotong zakat. Belum lagi ancaman yang keras bagi penimbun harta, baik dalam bentuk emas maupun harta lainnya.

Betul zakat juga harus dibayar dari harta kita yang lain, termasuk Dinar yang di Qiradkan, saham, deposito dlsb. Zakat untuk harta benda orang modern zaman ini pernah saya tulis ketika saya mengenalkan Qirad ; namun harta yang berputar insyaallah akan cukup minimal mengimbangi zakat yang harus dibayar ini.
Investasi-investasi seperti saham, deposito dlsb. apabila dibandingkan dengan Dinar dan Emas lantakan akan langsung kehilangan daya tariknya karena hasil yang rendah dan tidak memiliki sifat proteksi nilai – lihat tulisan saya mengenai GeraiDinar’s Investment Guide .Sementara itu kita juga akui bahwa investasi terbaik adalah investasi sektor riil, lihat tulisan saya tanggal 25 Desember 2007 yang menjelaskan bahwa Dinar hanya nomor dua setelah sektor riil.
Asumsinya dalam tulisan ini adalah kita belum bisa investasi di sektor riil sendiri, kemudian kita juga sudah tidak tertarik lagi dengan deposito, saham, reksa dana dan sejenisnya. Maka pilihan kita tinggal investasi emas lantakan atau Dinar ; dalam dua pilihan yang sama-sama baik dari sisi investasi ini, mana sekarang yang kita pilih ?.
Berikut saya berikan illustrasinya sehingga pembaca bisa menentukan pilihannya sendiri.
Ambil contoh kasus imaginer pada awal tahun 2000, Pak Fulan memiliki uang Rp 53, 650,241. Separuh dibelikan Dinar pada harga saat itu tepat mendapatkan 100 Dinar; separuh lagi dibelikan emas lantakan pada harga saat itu juga mendapatkan 428.54 gram.
100 Dinar yang dibeli Fulan tersebut di Qiradkan (asumsinya saat itu sudah ada Qirad),
sedangkan emas lantakan 428.54 gram disimpan saja karena emas lantakan sampai sekarang-pun belum bisa diQiradkan.
Untuk membantu melihat lebih detil perbandingan ini, maka statistik harga Dinar dan emas sejak tahun 2000 sampai 2008 ini disajikan dalam tabel disamping.

em3Karena Pak Fulan yang sholeh ini taat pada syariat agama ini, maka baik Dinar yang di qiradkan maupun emas yang disimpannya dia bayar terus zakatnya setiap tahun. Pak Fulan membayar setiap bulan Desember sebesar 2.58% dari emas dan Dinarnya (karena tahun Syamsiah 365 hari sedangkan tahun Qomariah 354 hari rata-rata, maka zakat yang dibayar pada hitungan tahun syamsiah adalah 2.5% x 365/354= 2.58%).

 Apa yang terjadi setelah lebih dari delapan tahun berlalu ?.

Kita lihat grafik disamping. Emas yang semula 428.54 gram dan disimpan saja sejak tahun 2000, kini emas tersebut tinggal 338.71 gram setelah setiap tahun dibayar zakatnya 2.58%.
Sementara itu 100 Dinar yang di qiradkan (asumsi hasilnya 4 % per tahun atau Dinar berputar sekali dalam tiga bulan dengan bagi hasil 1 % setiap putaran), saat ini telah menjadi 113.53 Dinar – setelah dibayari zakatnya 2.58% per tahun.
Hasilnya akan lebih baik lagi apabila Dinar yang diQiradkan bisa berputar sekali dalam dua bulan atau memberikan hasil 6% per tahun. Apabila ini yang dicapai maka 100 Dinar Pak Fulan akan menjadi 135.34 Dinar saat ini setelah dibayari zakatnya 2.58% per tahun.
Inilah pentingnya Dinar harus bisa berputar, memang Qirad saat ini baru terbatas pada Qirad untuk pembiayaan pencetakan Dinar yang akan disebar luaskan ke masyarakat. namun insyaallah dalam waktu yang tidak terlalu lama Qirad juga akan diarahkan untuk sektor riil yang insyaallah bisa memberikan hasil yang lebih baik.
Karena nilai emas/Dinar yang terus naik sepanjang 8 tahun terakhir, maka meskipun emas Pak Fulan turun jumlahnya setelah dikurangi zakat – nilainya dalam Rupiah tetap masih terus naik – hanya tidak sebaik kenaikan Dinar yang diqiradkan – lihat grafik disamping sebagai ilustrasi.
Jadi meskipun dari kacamata uang kertas emas dan Dinar sama-sama baik untuk investasi sejauh terus dibayari zakatnya; namun perlu diingat bahwa kalau kita hanya berinvestasi dalam bentuk emas yang disimpan saja – maka sesungguhnya emas tersebut (dari kacamata yang baku emas/Dinar) berkurang terus jumlahnya setiap tahun setelah dikurangi dengan zakatnya (asumsinya lagi emas tersebut masih melebihi nishab emas 20 Dinar atau 85 gram; setelah lebih kecil dari nishab baru berhenti berkurang).
Dari permasalahan inilah bentuk-bentuk investasi riil yang bisa dilakukan dengan emas dan Dinar harus digalakkan terus menerus. Qirad hanyalah awalnya, Program Emas Produktif , Muzaraah dan berbagai instrumen investasi yang adil berbasis emas dan Dinar insyaallah akan terus kita hasilkan. Amin.
Copas dari Gerai Dinar , oleh : Muhaimin Iqbal

Sabtu, 15 Januari 2011

Dinar Emas : 22 Karat atau 24 Karat- Kah ?

Ada pelajaran yang membekas di benak saya dari guru saya dibidang ekonomi syariah Prof. Didin Hafiduddin dalam menyikapi berbagai hal yang kita temui di kehidupan sehari-hari kita – dalam hal muamalah maupun dalam hal Ibadah.
Pedomannya sederhana menurut beliau yaitu untuk urusan ibadah – perhatikan yang diperintahkan dan dicontohkan oleh junjungan kita Muhammad Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam. Diluar yang diperintahkan dan dicontohkan ini – haram hukumnya dalam Ibadah.
Sebaliknya dalam hal muamalah – perhatikan yang dilarang , diluar yang dilarang ini boleh hukumnya.
Nah dalam menjawab banyak pertanyaan tentang kadar Emas dalam Dinar, kaidah yang kedua yang saya pakai karena ini bab muamalah. Dalam berbagai buku fiqih yang saya baca, saya tidak menemukan satupun rujukan Ayat Al-Qur’an atau Hadits yang berbicara masalah kadar/karat emas ini.
Kalau toh ada pihak yang berusaha menjelaskan masalah ini, itu pendapat  yang bersangkutan yang bisa benar dan bisa pula salah. Sama juga dengan pendapat saya, bisa benar bisa salah.
Ulama kontemporer zaman ini Dr. Yusuf Al-Qaradawi –pun ketika secara panjang lebar membahas masalah Dinar dan Dirham dalam Kitab Fiqh Al Zakah (King Abdul Aziz University, 2000);  beliau tidak sedikitpun mengungkit masalah kadar emas dalam Dinar ini.
Beliau hanya mengungkit masalah beratnya yaitu Hadits Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam yang berbunyi kurang lebih  “ Timbangan mengikuti yang digunakan penduduk Mekah, Takaran mengikuti yang digunakan penduduk Madinah”.
Dari hadits Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam ini, dalam bahasannya Dr. Qaradawi menyimpulkan bahwa berat 1 Dinar atau 1 Mithqal adalah sama dengan 4.25 gram timbangan saat ini ; sedangkan berat 1 Dirham adalah 2.975 gram.
Kesimpulan yang antara lain didukung dengan hasil penimbangan Dinar yang diterbitkan pada jaman Khalifah Abdul Malik yang ada di musium ini ternyata juga sama beratnya dengan koin emas yang diterbitkan oleh kerajaan Byzantine.
Karena tidak adanya dalil yang mengatur masalah karat ini; maka saya menggunakan logika sejarah untuk memutuskan Dinar dengan kadar berapa yang disebar-luaskan oleh GeraiDinar. Perlu diingat bahwa GeraiDinar tidak membuat atau memproduksi Dinar sendiri – GeraiDinar hanya menyebar luaskan Dinar yang diproduksi oleh Mitra kita satu-satunya di Indonesia yaitu Logam Mulia – PT. Aneka Tambang, TBK.
Berikut adalah fakta-fakta sejarah yang dapat saya temukan:
  • Semasa Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam masih hidup; beliau belum (memerintahkan ) mencetak Dinar Islam sendiri. Berarti Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam menggunakan Dinar yang diproduksi oleh dunia diluar Islam.  Apa yang ada sebelum Islam atau diluar Islam kemudian juga digunakan oleh beliau, maka  ini menjadi ketetapan atau taqrir beliau – yang berati Dinar (uang emas) diluar Islam-pun boleh digunakan oleh umat Islam.
  • Dinar baru mulai dicetak di Kekhalifahan Islam pada jaman Kekhalifahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan (41-60H) ; namun pada jaman itu uang emas dari Byzantine tetap juga digunakan bersama Dinar Islam.
  • Pada jaman Kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan (75 H-76 H) barulah beliau melakukan reformasi finansial, dimana hanya Dinar dan Dirham Islam yang dipakai di Kekhalifahan.
  • Sampai abad 19 koin-koin emas yang ada di dunia hanya berkadar antara 0.900 % – 0.9166 % atau yang paling mendekati adalah 22 karat ( 22 karat = 22/24 = 0.917%)
Jadi dengan fakta-fakta tersebut, manakah yang lebih mendekati Dinar jaman Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam; 22 karat atau 24 karat ?. Insyaallah Dinar 22 karat yang lebih mendekati, maka inilah pilihan saya.
Baru dalam 2 abad terakhir ketika teknologi pemurnian emas sudah semakin baik, koin emas 24 karat mulai dibuat orang. Meskipun demikian tidak serta-merta koin emas yng ada di dunia lantas rame-rame dibuat dalam kadar 24 karat.
Ketika koin emas digunakan untuk keperluan jual beli sehari-hari (sebagai alat tukar), maka dibutuhkan kekokohan (durability) yang tinggi –koin emas tersebut tetap dibuat dalam 22 karat. Sampai sekarang-pun koin emas American Eagle, British Britannias, South African Kruggerands tetap dibuat dalam 22 karat.
Demikian pula Dinar emas; yang diterbitkan di Malaysia oleh Islamic Mint Malaysia, di Dubai oleh e-Dinar dan di Indonesia oleh Logam Mulia juga menggunakan 22 karat karena intensinya memang Dinar emas ini suatu saat bisa menjadi Dinar emas yang aktif – yaitu sebagai alat tukar yang nyata.
Memang ada koin emas  yang saat ini diproduksi dalam 24 karat seperti Canadian Maples, Chinese Pandas dan Australian Nuggets, termasuk juga beberapa produksi Logam Mulia – tetapi koin-koin semacam ini tidak pernah dimaksudkan menjadi  alat tukar aktif.
Meskipun pendapat saya ini cenderung untuk menggunakan Dinar 22 karat karena intensinya suatu saat akan menjadi mata uang yang aktif digunakan sehingga dibutuhkan koin yang durable; maka konsisten dengan kaidah diatas – saya juga tidak bisa menyalahkan pihak-pihak yang menggunakan Dinar 24 karat, lha wong saya nggak ketemu dalil yang melarangnya kok – apa hak saya untuk menyalahkannya ?. Lebih jauh lagi, kalau Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam saja mau menggunakan koin emas yang diproduksi oleh orang-orang diluar Islam – masa koin emas yang disalurkan saudara kita se Iman kita tolak ?.
Yang penting kita harus jujur, kalau Dinar yang kita perkenalkan 22 karat – maka katakan demikian. Inilah sebabnya mengapa di sertifikat kita yang menyertai setiap koin Dinar – kita sebutkan kadar dan beratnya dengan jelas. Semata-mata untuk jujur dan transparan pada para pengguna.
Kalau Anda sempat ke toko-toko emas di Mekah atau Medinah dan nanya Dinar, maka Anda akan diambilkan dalam genggaman tangan beberapa keping Dinar – tanpa sertifikat. Orang percaya begitu saja mungkin karena di Mekah atau Medinah, tetapi tahukah Anda berapa kadar emasnya ? Anda hanya bisa tahu kadarnya kalau di tes dengan technology tinggi seperti technology XRay yang dimiliki oleh GeraiDinar dan Logam Mulia.
Lantas bagaimana bila di pasaran ada dua koin Dinar dengan karat yang berbeda ?. Saat ini tidak menjadi masyalah karena keduanya masih belum sepenuhnya aktif sebagai alat tukar; kedua koin lebih banyak berfungsi secara efektif sebagai store of value.
Bila keduanya akan mulai aktif sebagai alat tukar yang beredar di pasar, maka seperti kata  Ibnu Taimiyah – koin yang berkadar lebih tinggi akan dengan sendirinya menghilang dari pasar karena akan cenderung disimpan oleh pemiliknya atau diambil keuntungannya. Inilah mengapa di belahan dunia lainpun koin 24 karat memang tidak diarahkan untuk menjadi alat tukar yang aktif seperti yang saya berikan contohnya diatas.
Kelak pada waktunya kekhalifahan Islam berdiri tegak; Insyaallah semuanya mengikuti  satu standar yang sama – tetapi untuk saat ini belum ada yang berhak mengaku paling benar standarnya atau paling benar pemahamannya. Wallahu A’lam.

Copas dari Gerai Dinar, Oleh : Muhaimin Iqbal

Kamis, 06 Januari 2011

Dinar dan Dirham


Harga Emas/Dinar 

2010 baru saja berlalu dan kini kita melangkah ke 2011. Bagi yang mempersepsikan emas atau Dinar sebagai investasi, 2010 adalah tahun yang menggembirakan karena emas atau Dinar mengalami appresiasi nilai sekitar 23 % dalam Rupiah atau sekitar 3.5 kali hasil deposito atau tabungan. Akhir tahun 2009 lalu harga Dinar ditutup di angka Rp 1,444,040 sedangkan akhir tahun 2010 Dinar ditutup pada harga Rp 1,777,760,-. Dalam US$ kenaikan ini lebih menyolok lagi karena harga emas Dunia akhir 2009 adalah US$ 1,087.50 sedangkan akhir 2010 harga emas ini ditutup pada angka US$ 1,421.60 atau mengalami peningkatan sekitar 30%.
Diantara penyebab kenaikan harga emas dunia tersebut yang bersifat sangat fundamental adalah apa yang dilakukan oleh bank central-nya Amerika atau the Fed, dengan perilaku kontroversialnya dalam mencetak uang dari awang-awang atau yang disebut quantitative easing. Kenaikan harga emas 2010 masih terkait langsung dengan dampak quantitative easing 1 yang dilakukan Amerika sejak November 2008. Saat itu mereka mulai ‘mencetak uang’ US$ 600 milyar untuk membeli apa yang disebut Mortgage-Backed Securities (MBS) dan berbagai bentuk surat hutang lainnya, namun karena kompleksitas problem negeri itu angka ini menggelembung sampai US$ 2.1 trilyun pertengahan tahun 2010.
Angka yang US$ 2.1 trilyun tersebut seharusnya menurun bila ekonomi negeri itu berhasil dipulihkan, namun kenyataannya kemudian di bulan November 2010 the Fed-nya negeri itu mengumumkan lagi akan dilakukannya quantitative easing 2 yang akan diimplementasikan hingga pertengahan 2011. Belajar dari quantitative easing 1 yang dampaknya terhadap kenaikan harga emas berlanjut sampai 2 tahun kemudian, maka dampak dari implementasi quantitative easing 2 juga sangat mungkin akan mendongkrak harga emas di tahun 2011 atau bahkan sampai 2012 nanti.
Jadi penyebab utama yang menjadikan harga emas melonjak sampai 30% dalam US$ tahun 2010, juga masih ada disana di tahun 2011. Apakah dampaknya akan sekuat quantitative easing 1 ?, waktu nanti yang akan menjawabnya. Namun ketika quantitative easing 1 diputuskan November 2008, tahun berikutnya (2009) harga emas dalam US$ naik 25%, dan tahun berikutnya lagi (2010) naik hingga 30%. Itulah sebabnya ketika saya membuat Estimasi Konservatif Harga Emas/Dinar 2011 dengan menggunakan statitstik 10 tahun dan 40 tahun, saya beri catatan khusus bahwa estimasi tersebut tidak memasukkan dampak dari quantitative easing 2 tersebut diatas.
Jadi kalau di estimasi konservatif harga emas di akhir tahun 2011 ini saya prediksikan di kisaran US$ 1,500/Oz s/d US$ 1,600,-/Oz, maka estimasi optimis-nya bila kita belajar dari dampak quantitative easing 1, harga emas bisa saja mencapai US$ 1,780/Oz di tahun 2011 dan US$ 2,300/Oz di tahun 2012.
Lantas bagaimana dengan harga emas atau Dinar dalam Rupiah ?. Kenaikan harga emas atau Dinar dalam Rupiah tahun 2010 yang tidak setinggi kenaikanya dalam US$ adalah karena factor penguatan Rupiah terhadap US$. Bila kurs rata-rata bulanan Desember 2009 adalah Rp 9,454/US$ , Desember 2010 ini rata-ratanya adalah Rp 9,024/US$ atau mengalami penguatan 4.5%.
Penguatan yang sama tidak bisa kita harapkan untuk tahun 2011 ini karena akan menurunkan daya saing ekspor kita, sebaliknya kecenderungan melemah ke kisaran angka tahun sebelumnya (2009) atau di angka Rp 9,400-an lebih memungkinkan bila negeri ini ingin terus menjaga surplus di neraca perdagangannya.
Maka bila faktor quantitative easing 2 dan sedikit pelemahan Rupiah ini yang kita gabungkan untuk membuat estimasi optimis harga emas atau Dinar dalam Rupiah, harga emas dalam Rupiah akan mencapai kisaran Rp 540,000/gram di tahun 2011 dan Rp 700,000/gram di tahun 2012. Dengan asumsi yang sama maka Dinar akan berada di kisaran Rp 2,300,000,- tahun 2011 dan Rp 3,000,000 tahun 2012.
Sebagaimana yang sering saya ungkapkan di situs ini, tidak ada seorang-pun yang bisa tahu apa yang akan terjadi. Jadi estimasi saya baik yang konservatif maupun yang optimistis bisa saja keduanya salah. Wa Allahu A’lam.

Menambal Ember Bocor : Cara Mengalahkan Inflasi... 

Dalam tulisan kemarin saya menjelaskan bahwa inflasi itu seperti ember bocor untuk mengangkut air, seberapa keras-pun kita bekerja – hasilnya tidak akan optimal karena tabungan kita terus tergerus oleh inflasi. Bila Anda punya uang banyak dan ditaruh di Deposito, hasil bersihnya setelah pajak hari-hari ini akan berada di kisaran 5 % per tahun. Bila di tabungan biasa, hasil bersihnya akan lebih rendah lagi yaitu di kisaran 3 % per tahun. Apalah artinya hasil yang 5% atau bahkan 3 % ini bila dibandingkan dengan inflasi rata-rata year on year (yoy) delapan tahun terakhir sejak Januari 2003 berada di kisaran 8% per tahun?.

Mau ditaruh di deposito dalam mata uang asing seperti US$ ?, lebih buruk lagi hasilnya. Hari-hari ini deposito US$ hanya akan memberikan hasil di kisaran 0.30% per tahun sementara tingkat inflasi rata-rata US$ adalah di kisaran 4% per tahun. Walhasil dimanapun uang Anda ditaruh, asal masih berupa uang kertas – akan tetap tergerus oleh inflasi – Anda tetap membawa air dalam ember yang bocor !.
Lantas apa yang Anda bisa lakukan, agar jerih payah Anda tetap bernilai ketika kelak dibutuhkan untuk biaya sekolah anak-anak, membayar biaya kesehatan di hari tua, agar di usia pensiun Anda tetap perkasa dari sisi financial ?.
Pertama ember yang bocor tersebut harus ditambal dahulu !, dengan apa ?, yang jelas sudah terbukti mudah dikelola dan available adalah mengamankan hasil jerih payah Anda secukupnya (agar tidak menimbun) dalam bentuk emas atau Dinar. Perhatikan grafik dibawah yang menggambarkan perbandingan appresiasi harga emas (yoy) dengan inflasi (yoy) selama 8 tahun terakhir sejak Januari 2003. Data Inflasi saya ambilkan dari datanya Bank Indonesia, harga emas saya ambilkan dari datanya Kitco, sedangkan konversinya ke Rupiah saya gunakan data dari Pacific Exchange Rate Services.

Inflasi Itu Seperti Ember Bocor...

Semasa kecil di kampung, saya biasa mengisi kulah (bak tempat penampungan air) dengan cara menimba air dari sumur. Alat timba di jaman itu berupa bambu panjang yang diujungnya diikatkan ember dari seng. Karena usia ember seng yang tua dimakan karat – maka emberpun tidak lagi utuh – jadi ada kebocoran disana-sini. Setiap kali ember saya masukkan ke-kedalaman sumur dan terisi air penuh, segera saya tarik keatas ember tersebut – dan menuangkan airnya secepat mungkin ke kulah. Bila mengangkat embernya kurang cepat, maka air akan habis di perjalanan dari dasar sumur ke permukaan kulah karena kebocoran tersebut. Tentu bekerja semacam ini sangat melelahkan dan tidak efisien karena begitu banyak air yang tidak sampai ke kulah.
Tanpa kita sadari, sesungguhnya rata-rata kita juga bekerja seperti menimba air dengan ember bocor tersebut. Begitu keras kita bekerja, sebagian hasilnya kita tabung untuk hari tua, untuk membayar dana pensiun, membayar asuransi pendidikan, kesehatan dlsb. tetapi ternyata begitu banyak pula yang terbuang karena inflasi.
Ironinya yang menguras ‘kulah’ tabungan hari tua kita ini bukan hanya inflasi yang terjadi terhadap Rupiah, tetapi juga inflasi mata uang negara lain yang seharusnya tidak ada hubungannya dengan kerja keras kita – yaitu US$. Karena pengalaman buruk dengan Rupiah tahun 1997/1998, sebagian orang yang punya uang mengalihkan simpanannya dalam US$ - bentuknya bisa berupa tabungan, deposito, asuransi dlsb.
Tanpa disadari ternyata yang lari ke US$ tersebut seperti terhindar dari mulut harimau masuk mulut buaya – karena pada tahun-tahun belakangan inflasi US$ ternyata lebih buruk dibandingkan dengan inflasi Rupiah. Lebih buruknya inflasi US$ dibandingkan Rupiah ini hanya akan disadari mana kala keduanya di ‘timbang’ dengan timbangan yang baku yaitu emas atau Dinar. Kalau Anda lihat situsnya www.kitco.com Anda akan melihat kenaikan harga emas dunia dalam US$ setahun terakhir telah mendekati 23 %.
Bagi Anda yang sama sekali tidak menggunakan US$ - mungkin Anda berpikir bahwa Anda terbebas dari inflasi US$ ini ?. Ternyata tidak juga, karena sebagai bangsa – salah satu kekuatan ekonomi negeri ini terletak pada cadangan devisa-nya. Masalahnya adalah ‘kulah’ yang berupa cadangan devisa negeri ini dicatatnya juga dalam bentuk US$.
Maka mari kita lihat apa yang terjadi dengan ‘kulah’ cadangan devisa kita ini selama dua tahun terakhir. Negeri ini telah bekerja keras memproduksi barang dan jasa yang sebagiannya untuk ekspor, hasilnya ditampung dalam suatu tempat dan dihitung dengan US$. Di atas kertas isi ‘kulah’ kita ini memang terus bertambah, bila dua tahun lalu isinya dikisaran US$ 51 Milyar – kini isinya mendekati US$ 93 milyar. Kita bangga karena berhasil meningkatkan cadangan devisa sekitar 62 % selama dua tahun terakhir - lihat garis hijau pada grafik dibawah.

The Day the Dollar Died...

Lebih dari dua tahun lalu, saya mengutip ‘draft pidato’ Presiden AS pada malam pembubaran US$ yang dipersiapkan oleh Gold Anti Trust Action Committee (GATA). Senada dengan ini bulan lalu National Inflation Association (NIA) – lembaga sosial yang misinya menyiapkan warga negara Amerika dalam menghadapi hyperinflasi di negeri itu – me-release sebuah clip film fiksi yang menakjubkan tentang detik-detik kematian US Dollar. Meskipun ini adalah sebuah fiksi, namun karena dibangun dengan logika ekonomi yang memang sudah berjalan selama ini – maka bisa saja hal ini benar-benar terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Bagi yang akses internetnya cukup baik, Anda bisa langsung nonton clip film dengan judul The Day the Dollar Died tersebut dengan click disini. Menurut cerita si penulis scenario clip film tersebut, US Dollar akan mati dalam 12 jam mengikuti sequence yang sangat masuk akal berikut :
1) Quantitative Easing 4
Kita tahu bahwa sampai saat ini the Fed-nya Amerika sudah sampai melakukan Quantitative Easing 2 (QE 2). Karena mereka merasa tindakan penyelamatan ekonomi dengan mencetak uang dari awang-awang ini adalah tindakan yang benar, maka sangat mungkin mereka akan melakukan QE 3, QE 4 atau bahkan QE-QE berikutnya.
2) Response China
Sebagai negara yang memegang asset berupa surat hutang dalam US$ yang terbesar, cepat atau lambat toleransi China pasti akan ada batasnya juga – bahwa pada suatu titik mereka tidak akan bisa menerima lagi penurunan nilai asset yang terus menerus terjadi bersamaan dengan serangkaian QE yang dilakukan oleh pihak Amerika. Batas titik toleransi ini diperkirakan hanya akan sampai QE 4, artinya dua kali lagi Amerika melakukan QE – China sudah tidak akan mempercayainya lagi dan China akan berhenti membeli surat-hutang dari Paman Sam tersebut.
3) Response Wall Street dan Main Street
Ketidak percayaan China terhadap Dollar dan ekonomi Amerika akan memicu jatuhnya saham di Wall Street yang merupakan icon ekonomi Amerika. Kejatuhan Wall Street akan membuat panik masyarakat awam yang mulai menyadari bahwa ekonomi negeri itu sedang runtuh – dan mereka akan menyerbu toko-toko dan supermarket untuk memborong barang-barang kebutuhan – baik yang benar-benar perlu maupun yang kurang perlu sekalipun. Ini akan mirip kejadian seperti di Indonesia di awal krisis 1997 dimana masyarakat berebut membeli susu, mie instant , minyak goreng dlsb. karena kawatir barang-barang kebutuhan pokok tersebut akan menghilang dari pasar.
4) Goal Bunuh Diri the Fed
Kepanikan pasar dan masyarakat akan di response dengan senjata (satu-satunya ?) yang dimiliki the Fed selama ini – yaitu memberikan stimulus ekonomi (lagi) berupa uang baru dari awang-awang yang sangat besar jumlahnya. Hal ini akan membuat kepanikan lebih jauh karena seluruh dunia menjadi tidak lagi percaya pada US$ yang dengan begitu mudah-nya dicetak atau digelembungkan jumlahnya.
5) OPEC Yang Mengakhiri US$
Setelah semua pihak, baik di dalam maupun diluar negeri tidak ada lagi yang bisa mempercayai US$ - tidak ada lagi yang mau menggunakan US$ ; maka kini giliran Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) – yang merupakan salah satu pengguna US$ terbesar dan yang selama ini sangat loyal – pun akhirnya akan mengakhiri penggunaan US Dollar dalam perdagangan minyaknya. Penghentian penggunaan US$ oleh OPEC ini ibarat pencabutan selang bantuan nafas – bagi pasien US$ yang lagi sekarat – maka berakhirlah usia US$ setelah pencabutan ini.
Menurut NIA, rangkaian peristiwa matinya US$ tersebut akan berlangsung dengan sangat cepat selama 12 jam saja – pada hari ke 19 di bulan Desember 2012. Percayakah Anda dengan fiksi ilmiah ini ?, tidak juga perlu terlalu dipercayai sepenuhnya. Namun bahwa karena peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam sequence tersebut sangat mungkin terjadi – adalah benar adanya. Oleh karenanyalah kita juga tidak perlu terlalu mengandalkan US$ baik untuk kebutuhan kita pribadi, maupun untuk menyimpan asset negeri ini. Wa Allahu A’lam.

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal