Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Selasa, 14 Agustus 2012

Sedekah Pak Kyai…
Suatu pagi habis sholat subuh pak kyai bersila di depan para santrinya, beliau menyampaikan “…anak-anakku, desa sebelah lagi dilanda paceklik. Banyak warganya tidak bisa makan, maka sekarang juga kalian beli beras dan bagikan ke desa sebelah…”. Kemudian pak kyai berdiri, berjalan satu dua langkah dan berhenti : “…lho, kenapa kalian masih tetap duduk-duduk saja ?, apa kurang jelas perintah saya tadi…?”. Para santri saling pandang, kemudian salah satunya mewakili berbicara “…anu pak kyai, dereng diparingi arto (belum dikasih uang)…”.


Pak kyai-pun mahfum, diambilnya uang dari saku jubahnya yang dalam sambil tetap berdiri. Uang itupun diulurkan ke para santrinya, sekali lagi para santri saling pandang – sebelum salah satunya kemudian berdiri menerima uang tersebut dari tangan pak kyai. Diluar dugaan para santri, pak kyai ternyata tidak jadi pergi. Dia malah balik ketempat duduknya semula untuk memberikan pelajaran serius kepada para muridnya.
Anak-anakku sekalian, kalian baru melihat secara langsung dua pelajaran sekaligus pagi ini. Ketika pak kyai menyuruh kalian bersedekah ke desa tetangga, tidak mungkin kan kalau pak kyai tidak memberikan uangnya ? tetapi pak kyai bisa khilaf seperti tadi, menyuruh kalian bersedekah setelah itu ngeloyor (tanpa memberi uang)…” kemudian beliau melanjutkan : “nah sekarang Allah Yang Maha Adil, yang tidak lupa dan tidak khilaf, maka bila Dia menyuruh kita melaksanakan sesuatu, mungkinkah Dia tidak memberikan sarananya ?”.
Kita disuruh bersedekah, sebagian harta kita adalah hak orang lain, kita disuruh berjihad dengan harta dan jiwa, mungkinkah kita tidak diberi sarana (harta)nya untuk melaksanakan perintah tersebut ?. Kita dijadikan khalifahNya, kita dijadikanNya pemakmur bumi, mungkinkah kita tidak diberi sarana lahan, modal, pengetahuan dlsb. untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut ?
Merasa mendapatkan momentum pembelajaran yang tidak biasa, pak kyai-pun memanfaatkan betul momentum ini untuk menanamkan pesan yang mendalam ke para santrinya, “Mungkin nggak kalian saya suruh mengolah lahan gersang sebelah masjid, tetapi saya tidak memberi uang untuk membeli cangkul, bibit dlsb ?. Pak kyai saja yang manusia sering khilaf dan sulit berbuat adil, tidak mungkin menyuruh kalian untuk menggaruki tanah dengan tangan kalian (tidak pakai cangkul), Apalagi Allah yang Maha Kaya dan Maha Adil – pasti memberi kita sarana untuk kita bisa melaksanakan perintahNya”.
Pelajaran kedua yang baru kalian saksikan adalah kepada siapa uang saya tadi saya berikan ? kalian saling melihat ketika saya mengulurkan uang tadi. Hanya si fulan yang datang kepada saya dan mengambil uang yang untuk disedekahkan tadi.”
Allah telah mengulurkan rezekiNya, saranaNya agar kita bisa melaksanakan perintah-perintahNya. Tetapi sebagian besar kita saling lihat – seolah rezeki dan sarana tersebut bukan kita yang berhak menerimanya, seolah hanya si Fulan si orang kaya itu yang berhak, si Udin yang pejabat itu, si John yang investor asing itu – pokoknya bukan kita…”.
Sebagaimana perintah Allah untuk mengentaskan kemiskinan, membebaskan manusia dari penjajahan manusia lain, memerangi musuh-musuh yang memerangi kita, dlsb. dlsb. semua perintah adalah untuk kita bukan untuk orang lain, maka sarana untuk melaksanakan perintah-perintah tersebut juga diulurkan olehNya ke kita, tinggal kita bisa melihat uluran tangan-tangan Allah tersebut apa tidak”.
Agar nyantol betul dua pelajaran tersebut, pak kyai-pun menyimpulkan : “jadi ketika Allah menyuruh kita melaksanakan sesuatu, Dia pasti menyediakan saranaNya. Tetapi siapa yang bisa menerima sarana ini adalah siapa-siapa yang merespon dan menyambut uluran tangan Allah”.
Diakhir tausyiah biasanya pak kyai memberi kesempatan para santri untuk bertanya, maka kali inipun demikian …”Ada yang kurang jelas ?, ada yang mau ditanyakan…?”. Ada salah satu santri yang mbeling membuat pertanyaan yang sulit bagi pak kyai sekalipun untuk menjawabnya, dia bertanya : “...anu pak kyai, bagaimana kita tahu bahwa Allah sudah mengulurkan tanganNya ?, dan bahwa uluran tanganNya tersebut memang benar-benar untuk kita ?”.
Pak kyai agak kaget dengan pertanyaan yang tidak terduga ini, tetapi sebagai ulama yang telah cukup banyak merasakan asam garam dunia dakwah, setelah sejenak merenung beliapun menjawab :
Bagi kalian yang dari tadi mengawasi gerak-gerik saya, duduk berceramah, terus berdiri berjalan, ngeloyor tidak memberi kalian uang – kalian tahu !, ketika saya merogoh kantong dalam-dalam untuk mengambil uang – kalian-pun tahu, saya mengeluarkan uang dan mengulurkan tangan untuk memberi uang – kalianpun tahu. Mengapa ?, karena kalian melihat dan memperhatikan saya…”.
Kita memang tidak bisa melihat Allah dengan mata kita selagi kita hidup didunia ini, tetapi melalui ciptaanNya, melalui firman-firmanNya, melalui gerakan, perubahan dan interaksi ciptaan-ciptaanNya – kita bisa ‘melihat’ Allah dengan pikiran dan dengan hati kita – kita bahkan bisa ‘bicara’ denganNya melalui sholat-sholat dan do’a-do’a kita, maka insyaAllah kitapun bisa tahu bahwa Allah sedang mengulurkan tanganNya untuk kita”.
Mengenai pertanyaan kedua, apakah uluran tanganNya tersebut adalah bener-bener untuk kita ?, kalian sudah saksikan tadi – bahwa uang ditangan saya tadi saya berikan ke yang menyambut uluran tangan saya dan yang berada paling dekat dengan saya. Jadi mendekatlah kepada Allah sedekat mungkin, jangan menjauh. Agar ketika Allah mengulurkan ‘tangan’-Nya, kalian bisa tahu dan bisa langsung menyambutNya”.
Setelah menutup tausyiahnya pagi itu, pak kyai berdiri dan para santri-pun segera berdiri untuk melaksanakan perintah pak kyai. Dalam benak mereka kini yakin, kalau pak kyai saja yang nyuruh – dia berikan uang (sarananya) ; mosok Allah yang nyuruh kita melaksanakan banyak sekali hal, tidak memberikan saranaNya, pasti Dia memberikan sarananya secara cukup !. (I’tikaf Ramadhan , Jonggol 1433 H).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal