Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Rabu, 24 Juli 2013


Masa Depan (Mungkin) Ada Di Desa… 
Sekitar 10 tahun lalu negeri dingin  Iceland – negeri nelayan yang penduduknya hanya sekitar 300,000 jiwa tiba-tiba berubah menjadi industri keuangan yang luar biasa. Bank-bank dan industri keuangan non-bank-nya ujug-ujug tumbuh pesat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tenaga professional keuangan-nya para nelayan-pun tiba-tiba pada beralih profesi menjadi ahli keuangan. Tetapi ini tidak berlangsung lama, setelah 5 tahun berlalu mereka terpaksa kembali menekuni pekerjaan lamanya sebagi nelayan.
 
Krisis financial global 2008 mengakhiri mimpi Iceland untuk menjadi negeri financial berskala dunia, saat berakhir itu negeri tersebut bangkrut secara teknis dengan total hutang sekitar 8.5 kali GDP-nya. Apa yang sebenarnya terjadi ?
 
Michael Lewis – seorang penulis buku-buku keuangan best seller menggambarkan kehancuran industri keuangan dadakan Iceland dengan cara yang mudah dipahami oleh orang awam sekalipun. Terjemahan bebasnya kurang lebih begini :
 
Anda punya seekor kucing dan saya memiliki seekor anjing, berdua kita sepakat harga kucing Anda adalah US$ 1 Milyar dan demikian pula harga Anjing saya juga US$ 1 Milyar. Saya beli kucing Anda US$ 1 Milyar, Anda beli Anjing saya US$ 1 Milyar. Berdua kini kita memiliki aset masing-masing US$ 1 Milyar”.
 
Demikianlah bank dan industri keuangan mereka menggelembungkan asetnya dari awang-awang, tanpa didukung aset riil yang memiliki nilai atau potensi pendapatan yang sesungguhnya. Ketika masanya salah satu dari mereka terpaksa harus melikwidasi asetnya – karena krisis, tentu saja aset yang mereka miliki tidak seberapa nilainya – lha wong asalnya hanya ‘kucing dan anjing’ !
 
Begitu yang satu bangkrut karena ketahuan liability-nya melebihi asset-nya, maka effect domino-pun terjadi dan seluruh industri keuangan Iceland collapse.  Para professional keuangan-nya-pun harus kembali ke profesi para nenek-moyang mereka yaitu menjadi nelayan dengan mencari ikan di laut Norwegia !
 
Pola bangkit dan bangkrutnya Iceland sebenarnya adalah model bagi industri keuangan dunia secara keseluruhan. Bedanya adalah negara-negara lain umumnya jauh lebih besar dari Iceland – sehingga lebih kuat bertahan ketika dihantam krisis.
 
Namun mampu bertahan tidak berarti mampu mempertahankan kemakmuran yang sesungguhnya. Aset-aset berupa kertas yang membubung tinggi jauh melebihi aset riil – pasti suatu saat membawa korban. Pertanyaannya adalah siapa korban yang sesungguhnya ?
 
Ya Anda-Anda yang mengandalkan asset keuangan berupa deposito, reksadana, dana pensiun, asuransi dlsb. Bukan berarti pengelola dana-dana Anda tersebut akan bangkrut, tetapi karena efek lingkaran setan penggelembungan aset seperti dalam transaksi kucing dan anjing tersebut diatas – akan berdampak pada nilai atau daya beli riil dari aset-aset kertas Anda.
 
Itulah sebabnya sekitar 9 dari 10 pekerja tidak siap ketika masa pensiun tiba, karena tabungan hasil jerih payahnya bekerja selama puluhan tahun tergerus nilainya secara gradual oleh inflasi – dan dari waktu ke waktu dipercepat turunnya secara drastis dengan krisis demi krisis seperti yang kita alami di tahun 1997-1998 dan di alami dunia antara 2008-2010 yang membawa korban antara lain Iceland tersebut di atas.
 
Lantas bagaimana kita bisa melepaskan diri dari proses wealth destruction (penghancuran kemakmuran ) ini ? Sama juga dengan yang dialami oleh para nelayan Iceland yang sempat menjadi para ahli keuangan, yaitu kembali menekuni profesi nenek moyang kita.
 
Bagi kita yang tidak terbiasa ke laut, ya kembali ke desa dengan bertani, berkebun, beternak dlsb. Mengapa ke desa ? Karena di desa aset umumnya berupa aset riil yang nilainya intrinsik, kambing ya seharga kambing, kebun ya seharga kebun. Tidak ada krisis yang bisa menghancurkan nilai aset di desa-desa.
 
Selain aset riil bernilai intrinsik, aset-aset ini juga memberikan hasil yang nyata untuk memenuhi kebutuhan utama kita – tanpa harus menurunkan nilai aset itu sendiri. Jadi aset-aset tersebut bener-bener secara produktif bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita, sementara nilai asetnya sendiri juga tumbuh.
 
Bila demikian unggul aset-aset di desa, mengapa mereka rata-rata  terkesan miskin ? Pertama  sebenarnya mereka tidak (lebih) miskin. Bisa jadi mereka tidak memiliki uang (aset berupa kertas) tetapi aset riil rata-rata mereka punya. Rasio kepemilikan rumah misalnya jauh lebih tinggi di desa ketimbang masyarakat perkotaan.
 
Kedua karena brain drain dari desa ke kota, orang-orang yang pinter yang seharusnya bisa membangun desa pada rame-rame ke kota. Desanya tidak terbangun, sementara di kota terjadi persaingan yang sangat ketat sehingga juga hanya sedikit yang bisa bener-bener sukses.
 
Lebih dari itu, solusi dari masalah-masalah perkotaan kita kini bisa jadi justru adanya di desa.
 
Sekarang harga daging sapi sangat mahal dan supply-nyapun harus diimpor, demikian pula dengan bawang dan cabe. Bukankah ini bisa diatasi bila desa-desa kita beternak dan bertani komoditi-komoditi utama dengan cukup ? Kemacetan yang semakin menjadi-jadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia, bukankah akan teratasi dengan sendirinya bila terjadi arus balik orang kembali ke desa ?
 
Bisa jadi selama ini kita mencari solusi di tempat yang salah, solusi berbasis kapitalisme dan impor – yang dalam jangka panjang justru bisa menyengsarakan rakyat sendiri. Padahal solusi yang sesungguhnya itu ada di depan mata kita, berupa petunjuk Ilahi dan potensi yang ada di desa-desa kita sendiri.
 
Sejalan dengan pemikiran ini, insyaAllah Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin @ JonggolFarm akan menggelar ceramah dan diskusi umum dengan tema “Dari Al-Qur’an Untuk Masa Depan…”. Lokasi di Masjid “Gedebog” Daarul Muttaqqin – Jonggol Farm. Diskusi dimulai setiap jam 10:00 s/d Dhuhur  dan habis Ashar s/d Magrib, mulai hari Ahad 28/07/2013 s/d Kamis 01/08/2013. Peta lokasi dapat di klik disini.
 
Peserta yang ingin bergabung di diskusi dapat datang langsung, namun bila hendak bergabung dengan berbuka puasa dan I’tikaf malamnya silahkan mendaftar dahulu melalui kontak situs ini agar panitia dapat menyediakan akomodasinya secara cukup. InsyaAllah.
 
 
Note:
Bagi para peserta yang sudah biasa I’tikaf penuh di tempat ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, mohon maaf tahun ini saya sendiri tidak bisa menemani sampai selesai. InsyaAllah saya dan team akan melakukan safar “Ekspedisi ke Negeri Magribi”, untuk belajar sekaligus mendokumentasikan ‘Kebun-Kebun Al-Qur’an’ di sana. InsyaAllah hasilnya juga akan di-share di situs ini pada waktunya. 

                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal