Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Senin, 31 Agustus 2015

Ulil Albab dan Bioeconomy

Ulil Albab dan Bioeconomy

Oleh : Muhaimin Iqbal


Dalam perlombaan mendandani pengelolaan sumberdaya alam dunia, Uni Eropa sebenarnya paling siap karena sejak lima enam tahun lalu mereka sudah memiliki visi bioeconomy 2030.  Namun karena krisis ekonomi yang berkepanjangan di wilayah itu, kecil kemungkinannya mereka akan memimpin dunia dalam bidang ini. Lantas siapa yang sebenarnya layak memimpin dunia di bidang bioeconomy ini ? pertama tentu adalah negeri yang memiliki bio resources besar seperti Indonesia. Tetapi yang lebih dibutuhkan dari sekedar resources fisik dari alam, sesungguhnya yang sangat dibutuhkan adalah manusia-manusia unggul yang disebut ulil albab.

Apa sesungguhnya bioeconomy ini ? secara ringkas bioeconomy adalah pengelolaan yang berkelanjutan dari produksi dan konversi biomassa (biological materials nabati maupun hewani) untuk pemenuhan kebutuhan pangan (food), pakaian (fiber), energi (fuel) dan berbagai F-F lain yang akan saya jelaskan di tulisan ini.

Mengapa dunia sekarang setidaknya ingin menuju bioeconomy ini ? karena adanya kesadaran bahwa pengelolaan ekonomi dunia sampai detik ini dipandang tidak sustainable – tidak berkelanjutan. Ketergantungan pada fosil fuel dan produk-produk turunannya dipandang akan segera berakhir, dan yang dipandang sustainable adalah segala sesuatu yang selalu bisa diperbarui (renewable) – itulah segala sesuatu yang terkait dengan tanaman dan binatang.


Masalahnya adalah ketika manusia hanya mengandalkan ilmunya semata, apalagi bila diiringi dengan kepentingan kelompok/golongan/bangsa – maka solusi yang dipandangnya ideal – bisa jadi malah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi belahan dunia atau kepentingan lainnya.

Dengan dukungan tiga pilarnya Uni Eropa untuk bioeconomy yaitu kesiapan masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan dan keunggulan industry nya – pun mereka masih bingung mana-mana biomassa yang tetap digunakan untuk pangan, mana yang digunakan untuk bahan bakar, dan mana untuk material dlsb.

Maka kitalah yang harus bisa memimpin ekonomi di dunia di era bioeconomy kedepan !  Bioeconomy adalah keniscayaan karena biomassa adalah renewable resources paling lengkap dan melimpah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi pemanfaatannya harus memperhatikan keseimbangan di alam, maka itulah kepada kita diperintahkan untuk menjaga dan menegakkan keseimbangan (QS 55 :8-9).

Ada petunjuk yang sangat jelas dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang keunggulan atau kepemimpinan umat  ini.

Dalam suatu riwayat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditantang untuk menunjukkan mu’jizatnya oleh sekelompok orang musrik, mereka berkata : “Seluruh nabi datang dengan membawa tanda-tanda (mu’jizat) bersamanya, nabi Musa dengan tangannya yang bisa bercahaya, nabi Isa bisa mengobati penyakit buta dan lepra. Tunjukkan kepada kami tanda-tanda yang Anda bawa sebagai bukti kenabianmu ?”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam menjawab, “Saya membawa ini”. Kemudian beliau membacakan Surat Ali Imran ayat 190-195.

Yang menarik adalah seluruh Al-Qur’an sesungguhnya adalah mu’jizat Nabi, tetapi mengapa beliau secara spesifik membacakan ayat-ayat tersebut dihadapan orang musrikin yang men-challenge kenabian beliau ? Hanya Allah dan rasulNya yang tahu alasannya.

Tetapi hikmah yang bisa kita petik adalah, bahwa hanya dengan beberapa ayat ini saja – umat ini sesungguhnya sudah akan bisa mengungguli umat-umat yang lain – termasuk dalam bidang yang kita bahas ini yaitu bioeconomy. Apalagi bila seluruh isi Al-Qur’an dipahami dan diamalkan !

Kenyataannya kok sekarang kita belum unggul dimana-mana ? ya karena kita sekarang belum memenuhi syarat-syarat keunggulan yang juga diuraikan di ayat-ayat tersebut. Perhatikan misalnya di dua ayat pertamanya yang terjemahannya sebagai berikut :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS  3 :190-191)

Jadi untuk unggul dalam memecahkan berbagai masalah dunia, dibutuhkan para ulil albab ini. Siapa mereka ? mereka adalah orang-orang yang menguasai inti dari setiap persoalanyaitu mereka yang tidak pernah berhenti mengingat Allah sambil terus memikirkan seluruh ciptaanNya.

Maka disinilah kunci keunggulan itu – karena mu’jizat adalah sesuatu yang sangat unggul untuk menaklukkan obsesi apapun dari umat pada jamannya masing-masing – yaitu bila kita tidak pernah berhenti mengingatNya dan terus memikirkan ciptaanNya.

Orang-orang seperti inilah yang oleh Allah di ayat lain juga dijanjikan untuk diberikan kebaikan yang banyak : “Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya para ulul albab yang dapat mengambil pelajaran.” (QS 2:269).

Nah sekarang bagaimana aplikasinya di dunia bioeconomy tersebut ? Bila kita terus mengingat Allah dan memikirkan ciptaanNya – kita akan sampai pada pemahaman yang sesungguhnya bahwa tidak ada ciptaanNya yang sia-sia :

Kita tidak akan tersesat untuk memilih mana yang digunakan sebagai makanan, bahan bakar, pakaian dlsb. Bahkan lebih dari itu Allah memberi petunjuk bahan baku atau sumber dari setiap pemenuhan kebutuhan kita. Bila dalam bioeconomy versi negara-negara Eropa misalnya mereka baru fokus pada 3 F (Food, Fuel and Fiber), kalangan ilmuwannya sampai 5 F ( Food, Fuel, Fiber, Fodder and Feedstock) – di Al-Qur’an bahkan saya temukan setidaknya 2 F lain yang luput dari fokus mereka yaitu Fertilizer (pupuk) dan Favor (Kebaikan).


Seven Fs for Bioeconomy
Menariknya adalah di setiap F untuk pemenuhan kebutuhan manusia tersebut, selalu ada ayat yang terkait dengan petunjukNya. Misalnya F yang terkait Food, karena ini merupakan kebutuhan yang paling banyak – maka ayat-ayatNya juga sangat banyak membahas masalah pangan ini. Termasuk didalamnya adalah untuk obat-obatan.

Ada ayat-ayat untuk Fuel atau bahan bakar – seperti di surat 24; 36 dan 56. Ada ayat –ayat tentang berbagai jenis  Fiber dari binatang di surat 16 dan 18. Ada sejumlah ayat tentang Fodder atau pakan ternak seperti di surat 16, 79 dan 80. Ada ayat yang secara jelas membahas masalah Feedstock atau bahan-bahan (material )untuk rumah dlsb yaitu di surat 16.

Untuk Fertilizer (pupuk tanaman) ada diberi petunjuk detil sumbernya dari tanaman (QS 36:33) maupun dari hewan (QS 16:10-11). Dan tentu saja diantara sumber-sumber biomassa itu ada yang tidak perlu dipanen-pun sudah mendatangkan kebaikan yang banyak -  inilah F terakhir yaitu Favor – yaitu kebaikan yang sangat banyak terkait dengan biomassa.

Ada tanaman dan juga hewan yang manusia bisa menikmatinya meskipun tanpa memanen/memotongnya (QS 3:14 ; 66:6 ; 27:60), belum lagi berbagai kebaikan yang sangat banyak terkait dengan keberadaan tanaman dan hewan (yang dibutuhkan kotorannya untuk menyuburkan tanaman) untuk kontinyuitas ketersediaan udara bersih, mata air, dan suhu udara yang nyaman untuk manusia.

Dibutuhkan orang-orang yang menguasi inti setiap persoalan – para ulil albab – untuk bisa memahami ada yang salah dalam system ekonomi dunia modern sekarang, termasuk yang mereka gagas tentang bioeconomy menurut versi mereka. Saya ambil contoh kasus tentang satu kebutuhan rumah saja misalnya.

Bahwa membangun rumah dengan mengandalkan semen seperti yang dilakukan manusia jaman ini - itu tidak sustainable. Mengapa ? Sekarang sudah begitu banyak gunung yang habis dipapras untuk diambil sebagai bahan baku semennya. Lantas bahan bangunan apa yang terisisa untuk anak cucu kita ? Selagi masih ada-pun masyarakat yang jauh dari Pabrik semen akan membayar biaya rumah yang jauh lebih mahal – seperti masyarakat yang ada di pedalaman papua misalnya.

Bahwa bila bahan bangunan itu mengandalkan hasil tambang seperti besi, baja, hasil samping minyak (resin untuk fiber dlsb) – itu juga tidak sustainable. Betapa banyak manusia abad terakhir menguras tambang-tambang tersebut, apa masih akan tersisa untuk anak cucu kita ?

Membangun rumah dari kayu-pun bisa tidak sustainable, mengapa ? Umumnya dibutuhkan kayu-kayu yang usianya sangat panjang untuk bahan bangunan. Maka untuk menumbuhkan kayu-kayu ini, sumber daya alam (bumi dan air) di suatu daerah terkunci untuk memenuhi satu kebutuhan ini saja untuk masa yang sangat panjang.

Secara khusus saya melakukan pengamatan ini di sejumlah daerah yang tanahnya dipakai menanam jati dalam jumlah besar. Di daerah-daerah jati seperti ini, ada kecenderungan masyarakatnya berpenghasilan rendah. Mengapa ? Biasanya mereka menanam jati untuk dipanen generasi cucu. Lantas dia dan anaknya hidup dari mana ? disinilah masalahnya – tanaman-tanaman jangka panjang tersebut berdampak buruk bagi cashflow penanamnya.

Lantas kita apa tidak perlu memiliki tanaman-tanaman jangka panjang seperti jati ini ? menurut saya sendiri tidak masalah untuk tetap ditanam – tetapi jangan di daerah yang membutuhkan lahannya untuk tanaman-tanaman pangan atau tanaman-tanaman lain yang bisa memberikan perputaran cash-flow yang lebih cepat bagi masyarakatnya – untuk memenuhi kebutuhan yang lebih mendesak.

Kalau bukan dari semen, bukan hasil tambang dan bukan pula mengandalkan kayu – dari bahan apa bangunan kita yang sustainable ? Inilalah sesungguhnya pekerjaan para ulil albab untuk memikirkannya. Bahan apa yang diciptakan Allah untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang satu ini tetapi tidak mengorbankan kebutuhan yang lain ?


Solusi An-Nahl Untuk Rumah
Salah satu solusi yang lengkap itu antara lain ada di illustrasi disamping yang mensiratkan dari mana bahan bangunan kita itu. Kita disuruh belajar dari bagaimana lebah membuat rumah – dari bahan-bahan yang melimpah di sekitarnya – sehingga tidak ada lebah yang gagal memiliki rumahnya. Lebah membuat rumah dari remah-remah kayu, dedaunan dlsb. yang secara umum disebut lignosellulose.

Maka manusia dengan segala macam ilmu dan teknologinya, bila bisa membuat rumah dari bahan yang sama – insyaAllah bahannya melimpah di sekitar kita. Kita bisa memilih lignosellulose yang tidak perlu tahunan untuk memanennya sehingga bahan rumah dapat diproduksi secara cepat dan sustainable – salah satunya dari pohon pisang karena bisa bersinergi langsung dengan pemenuhan kebutuhan pangan.

Yang secara spesifik ditunjukkan oleh Allah juga adalah rumah dari kulit binatang (QS 16:80), mungkin tidak masuk akal di benak kita sekarang. Tetapi coba dipikirkan sekali lagi secara lebih mendalam, akan nampak jelas bahwa inilah salah satu bahan rumah yang sustainable itu.

Ketika manusia pingin makmur, bisa makan secara cukup – kita disuruh menggembala (QS 16:10). Dengan melakukan ini maka kita akan memperoleh banyak buah-buahan (karena dipupuk oleh kotoran ternak yang digembalakan) dan tentu juga banyak daging dan kulit. Buah-buahan-pun akan mengundang hadir dan tumbuhnya lebah untuk penyerbukan.

Jadi seiring dengan bertambah makmurnya manusia, bintang yang digembalakan akan semakin banyak (sehingga tidak rebutan dengan makanan manusia) Ã¨menghasilkan daging dan kulit juga lebih banyak, pohon-pohon akan menghasikan buah yang lebih banyak, lebih banyak lagi menumbuhkan koloni lebah, madu lebih banyak demikian pula hasil samping lebah seperti beeswax. Bersama-sama dengan kulit binatang tersebut, beeswax ini akan menjadi bahan baku dari komponen rumah-rumah dan perabot masa depan yang sustainable.

Artinya ada peluang tidak terbatas diluar sana terkait dengan bioeconomy yang didasari petunjuk itu, kita hanya perlu terus mengingatNya sambil terus memikirkan ciptaanNya – yang dengan itu mudah-mudahan Dia menurunkan hikmah untuk kita – yaitu kebaikan yang sangat banyak yang memang sangat kita butuhkan saat ini dan nanti. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal