Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO

Selamat Datang di GERAI DINAR SIDOARJO


Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, informasi pengguna m-dinar. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.

TIPS Menyimpan Emas & Perak

TIPS !!!
1. Simpan di tempat aman semisal brankas, box emas atau kaleng anti karat.
2. Hindari dari Api dan Air serta tempat yang kelembabannya tinggi.
3. Hindari perawatan berlebih seperti mencuci dengan memberi hansanitiser, cukup dengan menggunakan tisu dengan lembut.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
5. Jaga Sertifikat pada Dinar dan Dirham, jangan sampai rusak letakkan pada tempat penyimpanan yang rapi

Pencarian

Selasa, 29 September 2015

Resolusi Pangan Untuk Ustadziatul ‘Alam

Bulan lalu televisi Al-Jazeera menyiarkan hasil kerja US-British Taskforce yang memprediksi krisis pangan dunia berpeluang meningkat 3 kalinya dalam tahun-tahun mendatang, yang menurut mereka penyebabnya adalah perubahan iklim. Sekali lagi saya tidak setuju dengan konsep menyalahkan iklim ini, pasti manusianya yang salah ! Saya melihat salah satu kesalahan besarnya ada pada kesalahan memilih jenis makanan – khususnya sumber protein. Saya juga melihat hal ini sangat mungkin diperbaiki dan salah satu peluang terbesarnya ada di negeri ini.

Gejala salah pilih sumber makanan yang terjadi di seluruh dunia ini bisa saya gambarkan sebagai berikut :

Tahun lalu China mengimpor 74 juta ton kedelai atau 31 kali jumlah kedelai yang diimpor oleh Indonesia yang mengimpor 2.35 juta ton. Padahal penduduk China hanya sekitar 5 kali jumlah penduduk Indonesia, mengapa mereka membutuhkan kedelai yang begitu banyak ?

Hal yang mirip terjadi di Uni Eropa yang mengimpor kedelai sampai 12.75 juta ton atau 5.4 kali yang diimpor Indonesia, padahal jumlah penduduk mereka hanya 2 kali penduduk Indonesia. Apakah orang China dan Eropa makan tahu dan tempe yang jauh lebih banyak dari kita ?

Senin, 28 September 2015

Community-Based Marketplace

Community-Based Marketplace

Bila ada satu keahlian yang dengannya riba dihilangkan,  krisis ekonomi dielakkan dan bersamaan dengan itu agama disebarkan maka keahlian itu adalah keahlian dalam berdagang. Pasti bukan suatu kebetulan ketika Islam turun pertamanya di suku yang keahliannya berdagang, begitu-pun ketika Islam sampai ke Nusantara ini juga melalui jalur perdagangan. Sayangnya keahlian ini seperti menghilang dari umat sehingga umat yang mayoritas-pun seperti tidak berdaya kini di dunia perdagangan, lantas bagaimana mengembalikan keahlian ini ?
Salah satu jalannya adalah melalui workshop series yang kelas perdananya telah kami mulai kemarin di Startup Center – Depok. Workshop dengan judul Everybody Can Sell ini adalah untuk membangkitkan kembali keunggulan umat dalam berdagang. Setelah diadakan di Depok untuk masyarakat Jabodetabek, workshop ini bisa juga diadakan di kota-kota lain bila ada yang meng-organisir-nya.

Inti dari content worksop setengah hari ini adalah menjual itu sesungguhnya tidaklah sulit, keahlian ‘menjual’ ini terbawa pada diri kita sejak kita lahir. Melalui tangisan pertama kita –itulah sales speak pertama kita untuk memperoleh perhatian ibu kita.

Selasa, 22 September 2015

Bioeconomy Untuk Solusi Asap

Bioeconomy Untuk Solusi Asap

Beberapa hari ini media massa se Asia Tenggara ramai membicarakan karya monumental tahunan kita yaitu asap ! seolah tidak berdaya masyarakat dibuatnya – hidup dalam kepungan asap setiap tahun.  Bukan hanya masyarakat setempat yang mayoritas menjadi korbannya, kini masyarakat di negeri-negeri jiran sampai Thailand selatan-pun ikut merasakan asap dari Indonesia ini. Sebagai warga negara yang baik, tentu saya ingin berkontribusi sejauh yang saya bisa lakukan atau pikirkan. Saya melihat solusi yang sangat terang di bioeconomy !

Intinya adalah merubah mindset, yang selama ini masyarakat melihat semak belukar itu sebagai sampah yang harus disingkirkan atau setidaknya membiarkannya terbakar habis dengan sendirinya – menjadi masyarakat yang bisa melihat ‘tambang emas’ di semak belukar tersebut.

Saya katakan ‘tambang emas’ karena begitu masyarakat  memahami dan menghayati konsep “…Rabbana maa khalakta haadzaa baatila…Ya Rabb kami, tidak ada yang sia-sia dari yang Engkau ciptakan ini…”, maka seketika itu pula masyarakat akan rajin mencari manfaat dari setiap yang dijumpainya.

Senin, 21 September 2015

Paket Kebijakan Ekonomi Berbasis Domba dan Kurma

Paket Kebijakan Ekonomi Berbasis Domba dan Kurma

Dengan tujuan menggerakkan ekonomi nasional, Presiden RI baru-baru ini mengumumkan paket kebijakan yang diberi nama Paket Kebijakan Tahap I September 2015. Saya dan kebanyakan Anda mungkin tidak langsung paham kira-kira akan membawa kita kemana paket kebijakan ekonomi tersebut. Kebanyakan rakyat seperti kita-kita butuh bahasa yang sederhana untuk bisa memahami masalah, dan oleh karenanya solusi yang diberikan juga seharusnya sederhana. Maka tanpa berpretensi menggurui siapapun, saya ingin memberi alternatif seperti apa sebenarnya bila definisi masalah ekonomi sekaligus solusinya itu kita ambil dari petunjukNya.

Mari sekarang kita lihat, apa sesungguhnya krisis ekonomi yang dihadapi rakyat ini bila menggunakan bahasa Al-Qur’an :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar  (QS 2 :155)

Sabtu, 19 September 2015

Ketika Codot Menyambar

Ketika Codot Menyambar

Dalam mendeteksi kematangan buah, manusia sering kalah dengan codot – maka kita jumpai buah-buah yang matang berjatuhan setelah sebagian dimakannya. Codot diberi Allah mata yang besar untuk bisa melihat dalam kegelapan malam, telinga yang fokus kedepan untuk bisa berfungsi seperti pendeteksi sonar, hidung yang panjang untuk mencium perubahan aroma buah yang matang dari jauh. Maka ketika codot menggunakan seluruh pemberian Allah ini, dia bisa mendahului manusia untuk memperoleh buah-buah terbaik yang matang di pohon. Sesungguhnya kita diberi lebih dari itu, hanya belum dioptimalkan saja penggunaannya.


Selain diberi telinga, mata dan penciuman – manusia diberi akal yang dengannya manusia seharusnya bisa mendengar, melihat dan mencium dan kemudian mencernanya dengan pemberian lain yang tidak diberikan ke codot yaitu dengan akalnya.

Lebih dari itu manusia diberi petunjuk – yang dengannya bahkan dia bisa ‘mendengar’ yang tidak bersuara, ‘melihat’ yang tidak terlihat dan ‘mencium’ yang tidak berbau – artinya manusia tidak hanya bisa mengolah yang bersifat natural atau secara fisik ada, dengan petunjukNya manusia bisa mencerna dan bahkan meyakini yang ghaib sekalipun.

Jumat, 18 September 2015

Micro Farming untuk Tiga Ketahanan

Micro Farming Untuk Tiga Ketahanan

Dalam ekonomi kapitalisme ribawi yang menguasai dunia saat ini ada mitos bahwa yang besarlah yang efisien, dan ini berlaku di semua sektor ekonomi. Di dunia pertanian-pun berlaku hal yang sama, semua pihak berharap pada yang besar untuk mensupply gandum, daging, kedelai dlsb. – bahkan meskipun yang besar itu adanya nun jauh di luar sana. Padahal kita dihadapkan pada suatu realita bahwa mayoritas petani kita kecil, bagaimana nasib negeri ini kedepan bila kita tidak memberdayakan dan mengandalkan yang kecil ini ? Saya justru melihat ada peluang tiga ketahanan sekaligus dari yang kecil-kecil ini – yaitu ketahanan pangan, ekonomi dan kesehatan !

Bila industri pertanian besar mengandalkan mesin, pupuk-pupuk kimia , obat-obatan sampai teknologi genetika – maka karenanya mereka menganggap  paling efisien – tetapi  dari sudut pandang siapa efisiensi ini dilihat ? dari sudut pandang para pemilik modal mungkin iya karena tanpa perlu kerja capek-capek uang mereka terus menghasilkan uang berikutnya.

Dari sudut pandang otoritas pertanian dan perdagangan – mungkin juga iya – karena hanya berurusan dengan yang  yang sedikit mereka seolah sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan bagi negeri yang besar.

Kamis, 10 September 2015

Ketika Buah Masak di Pohon

Ketika Buah Masak Di Pohon

Di Al-Qur’an ada perintah specifik untuk memperhatikan proses kematangan buah di pohon (QS 6:99). Yang tidak berhenti memikirkan hal-hal seperti ini (juga semua ciptaan Allah di langit dan di bumi) adalah para ahli yang menguasai inti dari segala persoalan  atau ulil albab (QS 3:190), dan kepadanya dijanjikan hikmah atau kebaikan yang sangat banyak (QS 2:269). Maka berdasarkan perintah  dan janji Allah ini, di sekitar kita sesungguhnya terbuka sebuah peluang yang sangat besar – dari hal yang nampak sepele oleh kebanyakan orang – yaitu untuk menjadi ahli kematangan buah !

Mengapa buah-buah impor yang ada di toko-toko buah bergengsi , super market besar dan lain sebagainya nampak begitu menarik – ya karena proses pematangannya ditangani dengan baik. Sebaliknya buah-buah local kita sering kalah dalam penampilan – karena belum adanya sentuhan teknologi dalam proses penanganan pasca panennya.

Dan inilah yang terjadi di pasar buah di seluruh dunia, mereka berusaha tampil sebaik mungkin – karena tampilan ini yang menjadi daya tarik pertama orang untuk membeli buah.  Buah yang rasanya pas-pasan-pun bisa mengalahkan buah yang jauh lebih enak hanya karena faktor tampilan.

Rabu, 09 September 2015

Membuat Delta

Membuat Delta

Delta (Δ-huruf besar atau δ-huruf kecil) adalah huruf keempat dalam aksara Yunani yang biasa digunakan untuk menyingkat kata diaphora yang berarti perbedaan atau perubahan. Simbol ini banyak sekali digunakan dalam rumus-rumus ilmiah untuk mewakili adanya selisih, perubahan atau perbedaan dari sesuatu dengan sesuatu lainnya. Dalam kehidupan ini  keberadaan kita seharusnya juga untuk membuat Δ positif atau perbaikan-perbaikan yang mampu kita lakukan.

Masing-masing kita tentu punya pilihan di bidang apa kita ingin membuat perubahan itu. Bahkan Allah perintahkan langsung kepada kita untuk membuat perubahan itu :

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS 8:53) 

Selasa, 08 September 2015

Istighfar dan Ikhtiar

Istighfar dan Ikhtiar

Sebenarnya sejak sekolah SMP dahulu kita sudah diajari mengenal barang ekonomi (economic goods) – yaitu barang atau jasa yang supplynya lebih kecil dari demand atau kebutuhannya. Dalam prakteknya bangsa ini secara kumulatif seperti lebih bodoh dari keledai yang tidak terjatuh di lubang yang sama dua kali. Setiap tahun kita teriak harga bahan bakar/energi yang semakin mahal, tetapi pada saat yang bersamaan begitu banyak energi ter(di)buang  percuma. Setiap saat kita teriak kekeringan, dalam beberapa bulan lagi kita akan membuang air ke laut begitu saja dengan dalih pengendalian banjir.

Sungguh ini adalah kalimat Al-Qur’an yang mengatakan manusia lebih buruk dari keledai dan sebangsanya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS 7:179)

Siapa yang dikatakan lebih sesat dari binatang ternak tersebut ? adalah orang yang tidak menggunakan hati (akal), mata dan telinganya untuk memahami ayat-ayatNya. Sebaliknya orang-orang yang setiap saat selalu memikirkan ayat-ayat pada ciptaanNya  ketika berdiri, duduk, maupun tidur – mereka dipuji Allah sebagai orang-orang yang memahami setiap inti persoalan -ulul albab (QS 3:190-191), dan orang-orang inilah yang akan diberi kebaikan yang banyak – yaitu hikmah (QS 2 :269).

Kamis, 03 September 2015

Everybody Can Sell

Everybody Can Sell

Oleh : Muhaimin Iqbal


Berdagang adalah salah satu profesi tertua dalam peradaban manusia, profesi yang semua orang bisa karena terlatih sejak lahir. Hanya saja di jaman teknologi informasi ini sebagian orang menggunakan skills-nya untuk menjual jauh lebih efektif dari yang lain, sehingga kekuatan ekonomi dunia timpang dan dikuasai oleh para penjual ide global. Ketimpangan ini bisa kita perbaiki bila kita juga bisa meningkatkan efektifitas penggunaan skills menjual kita dengan tools dan teknologi yang ada dan familiar di sekitar kita. Bagaimana caranya ?

Bahwasnya kita terlatih menjual ide sejak lahir itu benar adanya. Ketika kita keluar pertama kali dari perut ibu kita langsung menangis, karena kita butuh perhatian, butuh belaian dan respon, butuh air susu – dan dengan menangis tersebutlah segala kebutuhan kita terpenuhi. Inilah sales speech kita pertama !

Skills menjual ini juga terbukti sangat efektif sebagai media penyebaran agama ini sejak turunnya pertama kali ke suku para pedagang, masuk Nusantara dengan damai juga oleh para pedagang – dan mendominasi perdagangan Nusantara sampai berabad-abad lamanya.

Rabu, 02 September 2015

Ketika Diam adalah Dusta

Ketika Diam adalah Dusta

Oleh : Muhaimin Iqbal

Diam ternyata tidak selalu berarti emas, diam bahkan bisa berarti dusta. Kapan diam kita menjadi dusta ? salah satunya yaitu ketika kita tahu ada kelaparan di sekitar kita dan kita diam (QS 107:3). Sampai sekarang FAO masih memajang di head line country report untuk Indonesiabahwa ada 60 juta orang “…go bed hungry every night…” di Asia Tenggara dan hampir sepertiganya di Indonesia. Untuk tidak menjadi pendusta-pendusta agama kita harus berbuat, dan untuk ini insyaAllah kini sudah tersedia sarananya di hunger.zone seperti yang saya janjikan di Ramadhan lalu.


FAO Hunger Map 
Masalah tuduhan pendusta agama ini adalah tuduhan yang sangat-sangat serius karena yang menuduh adalah Dia Yang Maha Tahu – jadi tuduhannya pasti benar. Bila kita tidak menganjurkan saja untuk memberi makan orang miskin – tuduhan itu sudah berlaku untuk kita.

Maka inilah at least yang harus kita lakukan , yaitu menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Mudah kita ucapkan tetapi berapa banyak ini kita lakukan sudah ? sedangkan di sekitar kita ada 19.4 juta orang lapar atau ada 1 orang lapar dari setiap 13 orang dari kita. 

PERGERAKAN HARGA DINAR EMAS 24 JAM

Mengenal Dinar dan Dirham
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .
Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.
Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..
Copas dari Buku "Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham " oleh : Muhaimin Iqbal